Latihan kegel, labour dancing, endorphin massage, ah nanti-nanti ajalah. Haha.
Jalan pagi aja yuk (pencitraan, haha) |
Hingga di suatu tengah malam, baru aja saya janjian senam hamil sama temen, 3 jam kemudian badan saya linu semua dan mual. What, masa mau flu sih, udah hamil gede begini nih. Plis jangan sakit. Untungnya sakitnya cuma semenitan, lalu berangsur-angsur fresh seperti sedia kala.
Untuk 3 menitan.
Selanjutnya linu muncul lagi! *senggol bacok*
Pak Suami langsung siaga ngambil fitness ball buat saya meredakan si linu engga jelas ini. Ini cara mengatasi nyeri hamil atau nyeri mendekati persalinan yang diajarkan oleh Bu Lanny.
(In case ada buibu yang mau praktekin, jadi caranya kita duduk di atas fitness ball dengan kaki menopang di lantai. Lalu gerakkan bola ke kiri dan kanan sambil duduk, bisa sambil peluk suami biar lebih stabil.)
Setelah dicatat sambil tangan gemetaran nahan sakit, ternyata sakitnya teratur di 3-4 menit sekali. Bodohnya saya, engga tau kalau itu yang namanya kontraksi berhubung sus-sus bidan selalu bilang kontraksi diawali dari sakit seperti nyeri haid teratur 30 atau 60 menit sekali. Lhaa, nyeri haid aja alhamdulillah engga pernah ngerasain. Selain itu, nyerinya harusnya engga mepet-mepet 4 menit sekali gini kan ya (masih terpatri dalam otak kalau nyeri kontraksi harusnya diawali 30 -60 menit sekali baru frekuensinya bertambah sampai ke 15 menit sekali, 10 menit sekali, 5 menit sekali dst).
30 menit kemudian alias jam 2.30 pagi, saya dan suami langsung angkat koper yang udah disiapkan sebelumnya dan berangkat ke rumah sakit.
Kasih tau ortu? Nanti ajalah ya, kan malu kalau ternyata cuma Braxton Hicks (kontraksi palsu), haha.
Sampai rumah sakit, ternyata sudah bukaan 6 aja (FYI, bukaan diawali dari bukaan 1 sampai bukaan 10). Dan setengah jam kemudian pun udah bukaan 7. Pantas saja kontraksinya sudah frekuensi tinggi begini.
Kok bisa dari bukaan 1 sampai ke 6 engga berasa sama sekali? Ah, mungkin ini akibat keberhasilan sugesti hypnobirth, haha.
Anyway, birthplan yang sudah dipersiapkan sebelumnya pun secara umum berhasil terealisasi. Dari persiapan berangkat ke rumah sakit, persiapan suasana bersalin, sampai sugesti positif dari pendamping (soal birthplan, nanti saya bahas terpisah ya, insya Allah).
"Ayah, tolong buka tas saya, itu ada wewangian lavender. Tolong taruh sebelah saya ya" (wangi bebungaan ala jampi-jampi)
"Ok"
"Ayah, ambilin iPad yah. Tolong buka album lagu Baby Mine (lagu-lagu yang saya kumpulkan untuk relaksasi sekaligus mengiringi momen-momen bersama si baby, ceile), nyalain yah"
"Ok"
"Ayah, ...aaaakk..muncul lagi linunya. Pijitin plis"
"Ok"
"Ayah, tolong.. aaak, tolong.. Huhu sakitt"
"Ayo tarik napas, saya di sini kok, tenang ya"
.
Engga lama, dokter anastesi datang dan menyuntik ILA, suntikan ajaib yang konon katanya bisa mengurangi bahkan menghilangkan rasa sakit kontraksi saat melahirkan normal.
"Oke, siap ya, punggungnya yang tegak ya, mau disuntik dulu"
"Aaaa.."
"Aduh, jarumnya kejepit di punggung kamu nih, ayo balikin tegak lagi"
"Whaaa?" (engga lucu banget nih ada jarum nyangkut di tulang belakang, emangnya gendam huhuu)
"Nah, untunglah berhasil kecabut jarumnya, wah sampai bengkok gini"
(Becanda ya dok?)
Stress!
"Dok, dok, dok, ini kok tetep sakit sih? Katanya ILA bisa hilangin sakit kontraksi"
"Iya nikmatin aja"
"Dok, ini beneran masih sakit dok. Engga apa-apa kan ya?"
"Apa-apa sih, tapi kamu ga bisa ngapa-ngapain selain pasrah"
(Jangan-jangan ILA gagal gara-gara tragedi jarum tadi huhu)
Stress!!
Ayah, kamu di mana? (lagi urus administrasi)
Cepetan balik dong.
Please, saya butuh yang bisa dijambak. Huhu.
Untungnya ada Teh Anti yang kebetulan lagi jaga di RS Premier Bintaro, menemani saya sejak awal di ruang bersalin. Hati lebih tenang :)
Dalam 3 jam sejak sampai di rumah sakit, bukaan sudah lengkap dan dokter obgyn kesayangan pun sudah datang.
"Oke. Ayo, tarik napas dalam, lalu dorong. Satu.. Dua.. Tiga.."
"Errggh.."
"Itu mah belum ngeden neng"
"Aduh lupa saya jurus-jurus dari kelas senam hamil"
"..."
Alhamdulillah, dengan 3 kali hentakan, terdengarlah suara si baby. The most mengharukan moment dalam hidup kami, saya sampai berkaca-kaca nyaris menangis.
Ini toh wujudnya yang selama ini di dalam perut.
Begini toh suaranya yang selama ini cuma dak-duk-dak-duk nendangin perut saya.
Ah, we love you at the first sight.
Welcome to the world, baby Gemma!