Wednesday, October 31, 2012

Career Series #3: Sehat

Ada salah satu hal yang saya concern sekali, yaitu kesehatan. Spesifiknya adalah saya percaya kalo apapun yang dikenakan ke tubuh bakal ngaruh ke kesehatan. Makanya setiap ketemu orang yang profesinya dokter, saya suka nanyain zat ini oke ngga, yang itu gimana, yang sana gimana, dst. Ga jarang juga baca-baca forum kesehatan buat tau komposisi produk dan makanan yang aman.

Belakangan di suatu workshop, saya ketemu dengan salah satu dosen FKUI. Bu Tifa namanya. Dari Bu Tifa, saya jadi tau kalo sebenernya zat ini itu bukan faktor utama kita kena penyakit. Tapi justru dari keturunan.
Faktanya, udah terbukti 99% penyakit itu disebakan oleh gen kita. 
Jadi bahkan untuk penyakit lumrah seperti flu atau pilek, kalau seandainya orangtua kita ngga pernah ngalamin, hampir dipastiin kita ngga akan pernah sakit flu. Zat-zat berbahaya sifatnya hanya sebagai pencetus aja. 

(Btw, zat-zat berbahaya yang dimaksud adalah bakteri, virus, bahan kimia, maupun komposisi makanan tertentu)

Gitu juga penyakit kulit, contoh yang paling gampang sih jerawat. Jangan heran kalau ada temen yang ga doyan sayur, ga doyan buah, ga doyan minum air putih, ga doyan olahraga, jarang ngerawat kulit, tapi kulitnya mulus kinclong bebas jerawat. Kemungkinan besar orangtua atau kakek-neneknya juga ga pernah jerawatan. Entah karena orangtua atau kakek-neneknya ini ngejaga diri dengan rajin bebersih diri atau konsumsi yang sehat. Nah ini dampaknya ternyata ya nurun terus ke anak cucu.

Selain gen, saya baca dari twitnya @blogdokter, kesehatan dan penyakit juga disebabin
oleh interaksi yang kita lakukan. Baik di lingkungan sosial, produktivitas kerja atau profesional, maupun di keluarga.
Kontak sosial dan pertemanan bagus utk sistem imun kita, ujung-ujungnya kita tidak mudah sakit. #BlogDokter
Lalu, kadang-kadang untuk ngejalin kontak sosial ini ngga optimal. Faktornya macem-macem (bisa liat di sini, sana, dan situ), mulai dari begadang alias kurang tidur, unbalance work and life, jenuh, dan lainnya. Yang intinya adalah karena soulless. Ga bernyawa dalam menjalani rutinitas.

Saya coba adaptasi dari sini, tips mengatasi soulless itu tadi, khususnya di lingkungan kerja:
1. Relax, Take A Break
Coba rileks dengan menghirup napas panjang dan melepaskannya dengan santai. Atau yuk cuci muka dulu.

2. Turn Up The Volume
Jangan heran kalau ada temen yang hobi muter lagu, bahkan lagu itu-itu terus, replay one for all day :D
Karena ternyata dengan musik, bisa ngebangkitin semangat lagi. Pasang musik yang paling disuka tiap pagi sebelum mulai rutinitas. Awal yang baik di pagi hari bisa berlanjut ke sepanjang hari yang baik juga (cie).

3. Energize Yourself
Haha kalo yang ini saya banget deh. Saat mulai pusing-pusing, biasanya langsung sembuh kalo makan berat haha. Tapi kalau menurut artikel aslinya, cukup dengan snack aja sih :)

4. Time Allocation
Khususnya di Jakarta, harus pinter-pinter nyuri waktu. Pas berangkat, sebisa mungkin ngehindarin macet dengan cara perkirain waktu. Soalnya bad mood sejak pagi yang biasanya bikin seharian berasa malesin banget. Kalau udah bad mood, mungkin enaknya ngopi sambil baca koran, santai-santai dulu gitu.

5. Control Yourself
Kalau lagi capek, biasanya cenderung bakal jadi ignorant alias soulless. Jadi, coba seimbangin aktivitas, mulai buat prioritas dengan pertimbangin tenaga. Termasuk juga mengendalikan emosi. Yuk!

Dari 5 poin ini, kalau dibuat rantainya jadi begini:
Dengan ngatasin soulless -> hidup lebih berwarna -> lebih energik dan optimis dalam interaksi -> sehat sekaligus produktif / produktif sekaligus sehat.

Semacem lingkaran malaikat (kebalikan lingkaran setan): 
Sehat bikin produktif, produktif bikin sehat :)



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...